Blogger Widgets SELAMAT DATANG DI PELANGI4D, RAIH KEMENANGAN BERSAMA KAMI, SATU-SATU-NYA AGEN TERPERCAYA UNTUK JUDI ONLINE ANDA

cuser

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 03 September 2016

Bu Mega Marah Besar : Siapa di Sini yang Anti Ahok?

PELANGI4D – Cerita Ahok menuju Gubernur Jakarta semakin menarik. Sempat ada optimisme para parpol untuk bergabung mengalahkan Ahok lewat Koalisi Kekeluargaan. Namun koalisi tersebut layu sebelum kembang. Maksudnya sebelum membedaki kambing untuk dijadikan Cagub, mereka sudah bubar duluan. Pernyataan Fadli Zon yang menyebut bahwa koalisi tersebut tidak final, menjadi indikator kuat bahwa Koalisi Kekeluargaan hanyalah candaan.

Posisi PDIP dalam Koalisi Kekeluargaan adalah sebagai partai yang ingin mengusung calon melawan Ahok. Satu tujuan bersama Gerindra, PKS, PAN, PPP, PKB dan Demokrat. Mereka sempat membujuk agar PDIP mau mengusung Risma dan disandingkan dengan Sandiaga Uno.



Namun Risma menolak ke Jakarta. Megawati juga secara simbolik memberikan sinyal penolakan dengan menunjuk Risma sebagai ketua juru kampanye nasional. Namun melihat dinamika politik masih menunjukkan PDIP tidak mendukung Ahok, maka Megawati memanggil Ahok secara tertutup. Setelah keluar Ahok mengaku mendapat restu Megawati untuk maju sebagai Cagub DKI.

“Yang pasti, bagi Bu Mega, aku (Ahok) tidak perlu fit and proper test dan tidak perlu mendaftar karena aku sudah pernah terdaftar pada 2012. Itu Bu Mega ngomong. Tadi aku ketemu Ibu Mega kok. Tadi, kan, aku mampir sama Pak Djarot ke kantor DPP. Aku belum pernah lihat (DPP). Bu Mega, intinya, ya, beliau tetap, saya dengan Djarot, beliau setuju,” cerita Ahok 17 Agustus lalu.

Namun sampai akhir bulan Agustus ternyata kondisi internal PDIP belum surut. Masih banyak kader PDIP yang memberikan sinyal penolakan dan ingin agar partai mengusung calon sendiri melawan Ahok.

Hingga akhirnya 1 September atau dua hari yang lalu, dalam kesempatan bertemu PDIP Jakarta secara tertutup, Megawati menanyakan dengan nada tinggi “Siapa di sini yang anti Ahok?!!”

Nadanya mirip menghardik. Menurut informan seword yang ada di lokasi kejadian, beberapa kali Mega menunjukkan kemarahannya terhadap kader yang masih berusaha menarik Risma ke Jakarta. Mega pun memarahi secara personal pada beberapa nama.

“Busyet, ngeri kali… Ibu ketularan Ahok (marah-marahnya)” ucap informan seword.

Setelah pertemuan tersebut, DPD PDIP Jakarta langsung bertemu Ahok untuk membahas Pilgub Jakarta. Jadi kalau sejak dua hari lalu suara penolakan kader PDIP terhadap Ahok sudah mereda, mungkin salah satu faktornya karena Megawati sudah angkat suara.

Selanjutnya tinggal kita lihat, ke depan apakah masih ada kader yang berani berkomentar mewakili PDIP dan menyatakan menolak Ahok? Sepertinya tidak mungkin. Kalaupun mereka masih mau menarik Risma atau siapapun untuk melawan Ahok, berarti mereka sedang melawan Mega secara terbuka. Konsekuensinya pasti pengasingan. Tidak dipecat, hanya aksesnya jadi sangat dibatasi, ini biasa dalam partai untuk menjaga dinamika politik.

Mengapa PDIP mengulur waktu?

Ada yang bertanya seperti itu juga? Sama. Saya juga berpikir mengapa PDIP tak langsung mengumumkan? Setelah diskusi dengan beberapa politisi, akhirnya saya mengerti bahwa memang seperti itulah strateginya.

Selalu ada yang percaya bahwa selama Mega belum deklarasikan secara resmi, semua kemungkinan masih bisa terjadi. Kharisma seorang Mega memang sulit dibantah. Suka tidak suka beliau adalah pimpinan partai yang saat ini paling ditunggu keputusannya.

Nah, berhubung Mega belum umumkan, maka partai lain masih terus berkomunikasi. Ajukan dan usulkan calon, ajak koalisi, komunikasi cair serta terbuka. Mereka dibuat tidak sadar bahwa sebenarnya sudah masuk dalam permainan politik PDIP. Semakin mereka berharap PDIP mau mengusung calon baru, mereka akan semakin kecewa karena pada akhirnya PDIP tetap mengusung Ahok-Djarot.

Lalu nanti saat injury time, Ahok Djarot diumumkan, mereka tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan calon pasangan Cagub.

Sebenarnya sekarang pun sudah masuk injury time, harusnya partai Demokrat, PAN, Gerindra dan yang sesapian dengan PKS sudah mulai bergerak membentuk kekuatan baru.

Materi tulisan ini sudah lama saya tahan agar partai pendukung Sandiaga tetap masuk dalam permainan politik PDIP. Namun sekarang sepertinya sudah bisa dibuka, minimal Pilgub DKI nanti bisa sedikit lebih menarik. Sekalah-kalahnyapun jangan sampai kalah telak dan hanya dapat 10% suara.

0 komentar:

Posting Komentar